Idulfitri 1441 H

Assalamualaikum.

Pulang kampung selalu menjadi momen yang menyenangkan buat saya, bisa dibilang berhenti sejenak dari dunia kerja, mendapat ketenangan dalam rumah. Makanya, setiap akan pulang kampung, pikiran saya sudah di rumah aja, wkwk. Meskipun agak kurang fokus kerja, tapi di sisi lain saya juga tetep semangat dan rasanya kerja tuh jadi lebih enteng. Mungkin karena sadar betul bahwa kebahagiaan akan segera datang ya 😀

Nah, untuk pulang kampung saya sering menggunakan kereta api. Tiket pulang kampung saat lebaran kali ini sudah saya beli sejak Februari 2020 lalu. Kaum rantauan pasti paham lah ya kenapa belinya jauh-jauh hari. Dan saya memilih tiket di hari Jumat (22/5) serta mengambil jadwal setelah pulang kantor. Alasan saya memilih Jumat–hari kecepit–di saat yang lain banyak memilh hari Rabu untuk pulang, karena saya ingin cuti lebaran lebih lama, sehingga rencana balik ke Jakarta lagi itu di Minggu, 7 Juni 2020.

Auto-created jadwal pulang di Google Calendar

Persiapan barang-barang untuk dibawa pulang sudah disiapkan di malam sebelumnya dan biasanya lanjut juga pagi hari setelah subuh. Jadwal keberangkatan pulang kampung kali ini adalah jam 19.00 WIB, jadi setelah pulang kantor (jadwal kerja saat Ramadan sampai jam 15.00 di Hari Jumat), segera mandi dan bersiap berangkat, mengingat Jakarta yang macetnya di luar akal. Dan seperti biasa, Kereta Api (KA) Sembrani jurusan Gambir (Jakarta) menuju Pasar Turi (Surabaya) hampir selalu menepati jadwal berangkat dan sampai yang sudah terencana. Yang artinya, sekitar pukul 5.15 WIB, saya sudah sampai di Surabaya dan segera menuju rumah orang tua. Hampir 12 jam perjalanan dari sejak berbuka puasa kemarin. Buka puasa di stasiun, lalu lanjut salat Magrib dijamak Isya, bermalam di kereta, serta sahur bersama orang-orang yang juga sama-sama sedang pulang kampung menggunakan KA Sembrani.

The story supposed to be like that (in previous paragraph). But, here I am: masih di Jakarta dan mau gak mau harus menerima fakta bahwa lebaran kali ini tidak saya rayakan dengan keluarga di rumah. Berdiam di mess karyawan di saat lebaran demi melaksanakan PSBB yang, entahlah masih berlanjut atau tidak. Menatap sedih kepada orang-orang yang dengan ganasnya memadati Bandara Soekarno-Hatta saat pemerintah memperbolehkan moda transportasi beroperasi kembali, juga kepada orang-orang yang memadati pusat perbelanjaan. Speechless but not surprised.

I cancelled my ticket on May, 16th 2020

Memang gak seharusnya saya berharap banyak dari manusia yang punya pikiran, background, dan ego yang berbeda-beda. Walaupun kadang masih ga habis pikir bagaimana orang-orang bisa melakukan itu, bagaimana pemerintah bisa memiliki kebijakan yang berbeda. Emang ya, kalau ga satu visi itu susah kerja samanya. Tapi yah, ini semua adalah sesuatu yang sangat di luar kontrol saya. Diri sendiri aja kadang susah dikontrol. Tapi sepertinya itu adalah satu-satunya opsi terbaik yang paling mungkin saya lakukan.

Jadi, sudah seharusnya saya ridho dengan ketetapan Allah ini. Saya pikir saya sudah berdamai dengan semua ini, tapi terkadang rasa sedih itu muncul tiba-tiba. Ya Allah, wajar kan, ya? Hehe. Memang seharusnya ini semua dikembalikan kepada Pemilik alam semesta, yang berkuasa atas segala mahkluk ciptaan-Nya, termasuk saya, kamu, mereka, korona, dan semuanya.

Yang bisa saya lakukan sekarang adalah percaya, Allah itu Ar Rahman dan Ar Rahim. Kasih sayang-Nya jauuuuh lebih dalam dari semua makhluk, termasuk orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Maka Allah sudah pasti ga mengecewakan usaha dan doa kita. Allah pasti mengabulkannya di waktu yang tepat dengan cara terindah yang kita bahkan ga bisa membayangkannya. Percaya bahwa rencana Allah adalah yang terbaik. Ada kebaikan dan hikmah dari apa yang terjadi. Cuma ilmu dan nalar terbatas saya aja yang membuat saya belum fully merasakannya.

* * *

Namun rasanya tak adil kalau saya hanya berkeluh tanpa bersyukur terhadap buanyak nikmat yang tetap Allah beri di masa pandemi ini. Salah satunya bertemu dengan Bulan Ramadan. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Kebahagiaan lain yang saya rasakan juga karena saya mendapat kiriman makanan dari teman-teman. Momen berbagi makanan dengan teman satu mess juga patut disyukuri.

So which of the favors of your Lord would you deny?

Q. S. Ar Rahman

Semoga kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan bertemu dengan Ramadan berikutnya. Semoga pandemi ini segera berakhir, yang meninggal diampuni segala dosanya, yang kehilangan pekerjaan segera mendapat ganti yang lebih baik, dan yang sakit segera pulih. Aamiin.

Well, selamat Idulfitri 1441 H! Selamat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin 🙂

One thought on “Idulfitri 1441 H

  1. Frisca Sutanto says:

    yaampun. Pasti sedih ya momen yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul bersama keluarga, harus tertunda hingga wabah ini berlalu. Aku salut sama kamu yang bisa menahan ego untuk ga ikut mudik. Tetap semangat ya buat kita semua!!!

    BTW selamat Hari Raya Idul Fitri ya! Mohon maaf lahir batin. ^^

    Like

Leave a comment